Monday, May 9, 2016
Keutamaan bulan sya’ban
Keutamaan bulan sya’ban
Sahabat, tahukah kita bahwa ada satu bulan yang begitu istimewa namun sering kali kita lupakan? Ya, itulah bulan Sya'ban yang dalam masyarakat Jawa disebut bulan "Ruwah". Bulan Sya'ban ini bulan yang terletak di antara 2 bulan yang juga penuh dengan kemuliaan, yaitu bulan Rajab dan bulan Ramadhan. Bulan Sya'ban seringkali dilupakan manusia karen terletak di antara dua bulan yang mulia yaitu bulan Rajab yang merupakan salah satu dari bulan Haram, dan juga Ramadhan yang merupakan bulan yang tidak perlu kita pertanyakan lagi kemuliaannya.
Sya'ban secara bahasa berasal dari kata Tasya’aba (bahasa Arab) yang berarti berpencar. Pada masa itu, kaum arab biasa pergi memencar, keluar mencari air. Bulan Sya’ban juga berasal dari kata Sya’aba yang berarti merekah atau muncul dari kedalaman karena ia berada di antara dua bulan yang mulia juga. Kalau di dalam masyarakat Jawa (khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta) bulan Sya'ban disebut juga bulan Ruwah yang berasal dari kata Arwah atau Ruh. Demikian ini dikarenakan masyarakat Jawa mempercayai bahwa pada bulan ini ruh atau arwah manusia yang telah meninggal akan "turun" ke dunia untuk menengok anak cucunya dan setelah selesai akan "naik" lagi ke alam akhirat. Proses "turun" dan "naik"nya arwah atau ruh ini terjadi di awal bulan Sya'ban dan di ahir bulan Sya'ban. Untuk itu di masyarakat jawa dikenal dengan adanya tradisi "Pudunan" (dari kata "mudun" yang artinya turun) di awal bulan Sya'ban dan juga tradisi "Punggahan" (dari kata "munggah" yang artinya naik) di akhir bulan Sya'ban.
Terlepas dari itu semua, akan tetapi ada hal yang lebih penting ntuk kita cermati dan kita perhatikan demi meraih kemanfaatan dari kemuliaan-kemuliaan yang dijanjikan Allah Swt kepada kita di bulan ini.
Apa saja kemuliaan-kemuliaan itu?
Puasa Sunnah di Bulan Sya'ban
Sahabat, Rasulullah Saw biasa memperbanyak puasa sunnah di bulan ini. Beliau hampir penuh puasa di bulan ini. Beliau hanya berbuka atau tidak berpuasa pada beberapa hari saja.
Dari Aisyah r.a beliau mengatakan, "Terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa beberapa hari sampai kami katakan, 'Beliau tidak pernah tidak puasa, dan terkadang beliau tidak puasa terus, hingga kami katakan: Beliau tidak melakukan puasa. Dan saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering ketika di bulan Sya'ban." (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Aisyah mengatakan,
"Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh." (H.R. Al Bukhari dan Msulim)
Aisyah mengatakan,
"Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan perhatian terhadap hilal bulan Sya'ban, tidak sebagaimana perhatian beliau terhadap bulan-bulan yang lain. Kemudian beliau berpuasa ketika melihat hilal Ramadhan. Jika hilal tidak kelihatan, beliau genapkan Sya’ban sampai 30 hari." (HR. Ahmad, Abu Daud, An Nasa’i dan sanad-nya disahihkan Syaikh Syu'aib Al Arnauth).
Ummu Salamah radhiallahu 'anha mengatakan,
أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلاَّ شَعْبَانَ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ
"Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam belum pernah puasa satu bulan penuh selain Sya’ban, kemudian beliau sambung dengan Ramadhan." (HR. An Nasa'i dan disahihkan Al Albani)
Hadis-hadis di atas merupakan dalil keutamaan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, melebihi puasa di bulan lainnya.
Puasa Sya'ban juga dilaksanakan oleh Rasulullah paling banyak diantara puasa sunah yang lain, karena berpuasa di bulan ini ibarat ibadah rawatib yang dibarengi dengan ibadah wajib yang sedang dikerjakan.
Niat Puasa Sya'ban
نويت صوم شهر شعبان سنة لله تعالى
Lafal huruf: Nawaitu sauma syahri syahban lillahi ta'ala, Amin.
Artinya : Saya niat puasa bulan sya’ban, sunnah karena Allah ta’ala
Keistimewaan Sya’ban
Ternyata, puasa beliau ini mengandung hikmah yang luar biasa. Dari sisi fisik, ia merupakan persiapan bagi kita untuk menghadapi puasa di bulan Ramadhan yang sebulan penuh. Dari sisi spiritual, hadits berikut ini menyatakan rahasia hikmah di balik memperbanyak puasa di bulan Sya’ban.
Dari Usamah bin Zaid, dia berkata, saya bertanya: "Wahai Rasulullah, aku tidak melihat engkau (sering) berpuasa dalam satu bulan seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban?" Beliau bersabda: "Itu adalah bulan yang kebanyakan orang melalaikannya yaitu antara Rajab dan Ramadhan. Yaitu bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada Allah, Tuhan seluruh alam. Maka aku ingin [ketika] amalanku diangkat, aku dalam keadaan berpuasa." (Dinyatakan hasan oleh Al Albani dalam Shahih An Nasa’i, No. 2221; dishahihkan oleh Ibnu Huzaimah).
Betapa tergambar kedekatan Rasulullah akan pengawasan Allah dan keinginan beliau untuk selalu memberikan yang terbaik sebagai seorang hamba kepada Rajanya. Beliau ingin mengantarkan amal-amal kebaikan yang sedang menuju keharibaan Allah dalam kondisi terbaik, terhindar dari maksiat dan dosa. Dan hal ini dapat dicapai dengan puasa.
Hikmah Puasa di Bulan Sya’ban
Ustadz Ammi Nur Baits dalam konsultasi syariahnya menyatakan bahwa ulama berselisih pendapat tentang hikmah dianjurkannya memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, mengingat adanya banyak riwayat tentang puasa ini.
Pendapat yang paling kuat adalah keterangan yang sesuai dengan hadis dari Usamah bin Zaid, beliau bertanya: "Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat Anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana Anda berpuasa di bulan Sya'ban. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa." (HR. An Nasa’i, Ahmad, dan sanadnya dihasankan Syaikh Al Albani)
Apa FAEDAH dari hadits di atas ....???
1. Bulan Sya'ban adalah bulan Mulia.
2. Pads bulan Sya'ban, amalan-amalan hamba DIANGKAT kepada Allah, bukan BUKU CATATAN AMAL DITUTUP.
3. Perbanyak PUASA SUNNAH pada bulan Sya'ban, tanpa penentuan tanggalnya.
Memperbanyak Ibadah di Malam Nisfu Sya’ban
Kemudian beliau menjelaskan tentang para ulama yang berselisih pendapat tentang status keutamaan malam Nisfu Sya’ban. Setidaknya ada dua pendapat yang saling bertolak belakang dalam masalah ini. Berikut keterangannya:
Pendapat pertama, tidak ada keuatamaan khusus untuk malam Nisfu Sya'ban. Statusnya sama dengan malam-malam biasa lainnya. Mereka menyatakan bahwa semua dalil yang menyebutkan keutamaan malam Nisfu Sya'ban adalah hadis lemah. Al Hafidz Abu Syamah mengatakan: Al Hafidz Abul Khithab bin Dihyah (dalam kitabnya tentang bulan Sya’ban) mengatakan, "Para ulama ahli hadis dan kritik perawi mengatakan, 'Tidak terdapat satupun hadis shahih yang menyebutkan keutamaan malam Nisfu Sya’ban'." (Al Ba’its ‘ala Inkaril Bida’, Hal. 33).
Syaikh Abdul Aziz bin Baz juga mengingkari adanya keutamaan bulan Sya'ban dan Nisfu Sya'ban. Beliau mengatakan, "Terdapat beberapa hadis dhaif tentang keutamaan malam nisfu Sya'ban, yang tidak boleh dijadikan landasan. Adapun hadis yang menyebutkan keutamaan shalat di malam Nisfu Sya'ban, semuanya statusnya palsu, sebagaimana keterangan para ulama (pakar hadis)." (At Tahdzir min Al Bida’, Hal. 11)
Pendapat kedua, terdapat keutamaan khusus untuk malam Nisfu Sya'ban. Pendapat ini berdasarkan hadis shahih dari Abu Musa Al Asy'ari radhiallahu 'anhu, dimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya'ban. Maka Dia mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan." (HR. Ibn Majah, At Thabrani, dan dishahihkan Al Albani).
Para Ulama berbeda pendapat. Sebagian mereka mendha’ifkannya (melemahkannya) dan sebagain yang lain menshahihkannya. Dan sekiranya hadits tersebut shahih, maka yang dimaksud dengan keutamaan tersebut adalah tidak mengamalkan dengan ritual ibadah tertentu atau dengan cara khusus.
Setelah menyebutkan beberapa waktu yang utama, Syaikhul Islam mengatakan, "…pendapat yang dipegangi mayoritas ulama dan kebanyakan ulama dalam Madzhab Hambali adalah meyakini adanya keutamaan malam Nisfu Sya'ban. Ini juga sesuai keterangan Imam Ahmad. Mengingat adanya banyak hadis yang terkait masalah ini, serta dibenarkan oleh berbagai riwayat dari para sahabat dan tabi'in…" (Majmu’ Fatawa, 23:123)
Ibn Rajab mengatakan, "Terkait malam Nisfu Sya'ban, dulu para tabi'in penduduk Syam, seperti Khalid bin Ma'dan, Mak-hul, Luqman bin Amir, dan beberapa tabi'in lainnya, mereka memuliakannya dan bersungguh-sungguh dalam beribadah di malam itu…" (Lathaiful Ma’arif, Hal. 247).
Menjelang Malam Nisyfu Sya'ban, yang diperkirakan jatuh pada hari AHAD 23 JUNI 2013 ,banyak skali SMS/pesan singkat yg mengutip beberapa hadits berikut :
HADITS PERTAMA:
Doa Malaikat Jibril menjelang Nisfu Sya'ban : “Yaa ALLAH abaikanLah puasa umat Nabi Muhammad, apabila sebelum Ramadhan dia belum:
1.Memohon maaf kpd kedua orang tua jika keduanya masih hidup ..
2.Bermaafan antara suami-istri .
3.Bermaafan dgn keluarga, kerabat serta orang sekitar”.
Maka saat itu doa Malaikat Jibril diaminkan oleh Rasulullah sampai 3x, Amin..amin..amin..
HADITS KEDUA:
Rasulullah bersabda : "Barang siapa yang mengingatkan saudaranya tentang KEUTAMAAN Malam Nisfu Sya'ban kepada saudaranya, maka Allah MENGHARAMKAN SIKSA API NERAKA baginya"
Maka tahukah kita apa kedudukan ke-2 hadits di atas dlm KEABSAHANNYA ???
Ketahuilah,,,bahwa Kedudukan HADITS PERTAMA adalah TIDAK ADA ASAL USULNYA.
Dan kedudukan HADITS KEDUA adalah PALSU.
(Silakan merujuk kepada kitab "Silsilah al-Ahadits adh-Dha'ifah wal Maudhu'ah" karya Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani -rahimahullah-).
Padahal Rasulullah bersabda : "Barang Siapa yg membuat-buat perkataan atas namaku, (yang sama sekali) TIDAK PERNAH AKU UCAPKAN, maka hendaklah ia menyiapkan TEMPAT DUDUKNYA DI NERAKA" (HR... Ibnu Majah dan Ahmad bin Hambal)
Dan perlu Sahabat ketahui, Pada hari itu dan malam sebelumnya (Pertengahan Sya’ban), mayoritas kaum Muslimin akan merayakannya dengan ibadah - ibadah tertentu, biasanya di isi dengan pembacaan Surat Yasin tiga kali, berjamaah dengan niat semoga diberi umur panjang, diberi rizki yang banyak dan barokah, serta ditetapkan imannya . Dan ada pula shalat yang mereka namakan dengan shalat 100 raka’at, shaum, bersedekah, dzikir dan ritual - ritual ibadah lainnya. Untuk selanjutnya tergantung niatnya masing-masing.
Setelah itu, biasanya di lanjutkan pada shalat Awwabin atau shalat tasbih. kemudian dilanjutkan dengan ceramah agama atau ada juga yang langsung makan-makan. Dan ternyata Nisfu Sya'ban tidak hanya dilakukan di Indonesia saja
Padahal perayaan dan ritual - ritual ibadah tersebut tidak ada satu pun dalil shahih yang dapat dijadikan sandaran yang menunjukkan disyari'atkannya ibadah - ibadah khusus tersebut.
Diantara riwayat yang dijadikan dalil adalah,
إذا كان ليلة النصف من شعبان فقوموا ليلتها و صوموا يومها
“Bila datang malam nishfu Sya’ban maka lakukanlah shalat Malam pada malam harinya & shaumlah pada siang harinya..".
Hadits ini derajatnya maudhu (palsu). Demikian juga hadits - hadits yang lainnya.
Allah Ta’ala berfirman: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Ku ridhai Islam itu sebagai agama bagimu.” (QS.Al-Ma’idah: 3). Lihat juga QS. An-Nisa:59-65 dan QS.Ali Imran:31.
Dan ayat ayat lain serta hadits hadits yang senada maknanya, seperti sabda Nabi, “Barangsiapa mengada adakan (sesuatu hal baru) dalam urusan (agama) kami, yang bukan merupakan ajarannya, maka akan tertolak.” (HR.al-Bukhari)
Ada bebebarap hadits Hasan dan Shahih yang berbicara seputar keutamaan malam Nishfu Sya’ban ini. Hadits-hadits dimaksud adalah:
Hadits 1
عن أبي موسى عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ((إن الله ليطلع ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه, إلا لمشرك أو مشاحن)) [رواه ابن ماجه وحسنه الشيخ الألبانى فى صحيح ابن ماجه (1140)]
Artinya: “Dari Abu Musa, Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah muncul (ke dunia) pada malam Nishfu Sya’ban dan mengampuni seluruh makhluk-Nya, kecuali orang musyrik dan orang yang dengki dan iri kepada sesama muslim.” (HR. Ibn Majah, dan Syaikh Albani menilainya sebagai hadits Hasan sebagaimana disebutkan dalam bukunya Shahih Ibn Majah no hadits 1140).
Adapula
“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam Nishfu Sya’ban dan mengampuni (dosa) yang banyaknya melebihi jumlah bulu domba Bani Kalb.” (HR Turmudzi, Ahmad dan Ibnu Majah)
Hadits 2
عن عبد الله بن عمرو عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ((إن الله ليطلع إلى خلقه ليلة النصف من شعبان فيغفر لعباده إلا اثنين: مشاحن, أو قاتل نفس)) [رواه أحمد وابن حبان فى صحيحه]
Artinya: “Dari Abdullah bin Amir, Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah akan menemui makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban, dan Dia mengampuni dosa hamba-hambanya kecuali dua kelompok yaitu orang yang menyimpan dengki atau iri dalam hatinya kepada sesama muslim dan orang yang melakukan bunuh diri.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban sebagaimana ditulisnya dalam buku Shahihnya).
Namun, Syaikh Syu’aib al-Arnauth menilai hadits tersebut hadits yang lemah, karena dalam sanadnya ada dua rawi yang bernama Ibn Luhai’ah dan Huyay bin Abdullah yang dinilainya sebagai rawi yang lemah. Namun demikian, ia kemudian mengatakan bahwa meskipun dalam sanadnya lemah, akan tetapi hadits tersebut dapat dikategorikan sebagai hadits Shahih karena banyak dikuatkan oleh hadits-hadits lainnya (Shahih bi Syawahidih).
Hadits 3
عن عثمان بن أبي العاص مرفوعا قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((إذا كان ليلة النصف من شعبان نادى مناد: هل من مستغفر فأغفر له؟ هل من سائل فأعطيه؟ فلا يسأل أحد شيئا إلا أعطيه, إلا زانية بفرجها أو مشركا)) [رواه البيهقى]
Artinya: “Dari Utsman bin Abil Ash, Rasulullah saw bersabda: “Apabila datang malam Nishfu Sya’ban, Allah berfirman: “Apakah ada orang yang memohon ampun dan Aku akan mengampuninya? Apakah ada yang meminta dan Aku akan memberinya? Tidak ada seseorang pun yang meminta sesuatu kecuali Aku akan memberinya, kecuali wanita pezina atau orang musyrik.” (HR. Baihaki).
Dan ada juga
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib KW bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Jika malam Nishfu Sya’ban tiba, maka salatlah di malam hari, dan berpuasalah di siang harinya, karena sesungguhnya pada malam itu, setelah matahari terbenam, Allah turun ke langit dunia dan berkata, ‘Adakah yang beristighfar kepada Ku, lalu Aku mengampuninya, Adakah yang memohon rezeki, lalu Aku memberinya rezeki , adakah yang tertimpa bala’, lalu Aku menyelamatkannya, adakah yang begini (2x), demikian seterusnya hingga terbitnya fajar.” (HR Ibnu Majah).
Tiga hadits di atas menunjukkan adanya dalil keistimewaan malam nishfu sya’ban. Dari hadits-hadits tersebut kita dapat pula mengambil kesimpulan bahwa Allah sangat membenci orang-orang yang musyrik, pezina, bunuh diri (pembunuh), dan pendengki. Allah tidak akan memberi ampunan atau mengabulkan permohonan pada malam itu kepada golongan ini.
Tapi kalau untuk hadist ini sepertinya Lemah
Nabi Muhammad Saw bersabda: Siapa yang berpuasa pada hari Nishfu Sya’ban, ia memperoleh pahala seperti berpuasa dua tahun: tahun yang lalu dan tahun yang akan datang (Kanz al-‘Ummal 14:178, h. 38293). ( Filsafat Kompasiana)
Ahirnya...
Sahabat, demikian itulah sedikit dari pembahasan yang bisa saya sampaikan, apapun itu - terlepas dari berbagai perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan para ulama' kita - kita tetap harus saling menghargai tanpa harus saling menyalahkan dan mengkafirkan. Hendaklah setiap kita berhati - hati dalam beribadah. Tidak mengamalkannya kecuali berdasarkan dalil yang shahih.
Namun, untuk kelanjutannya Allah Maha Segalanya. Meminta dan memohonlah hanya pada-Nya. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari intisari bacaan ini. Harapannya dengan demikian kita akan semakin memahami arti kemuliaan bulan Sya'ban ini yang salah satunya adalah sebagai "jembatan" bagi kita untuk menuju ke bulan Ramadhan. Atau juga bisa dimaknai sebagai bulan "pamanasan" untuk kita sebelum kita menjalani serangkaian kewajiban dan ritual ibadah kita di bulan Ramadhan.
Untuk itu tepatlah kiranya jika di bulan Sya'ban ini kita perbanyak ibadah kita serta kita intensifkan muhasabbah (instropeksi) diri kita. Menghitung dan mereview kembali apa-apa saja yang telah kita kerjakan di waktu-waktu sebelumnya. Sehingga dengan demikian kita akan mengetahui telah sampai di mana sebenarnya "posisi" kita saat ini ketika kita berniat berjalan menuju kepada-Nya. Dan harapan yang lain lagi, dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya di bulan Sya'ban ini, kita akan bisa menjalankan ibadah-ibadah kita di bulan Ramadhan nanti dengan lebih ikhlas dan khusyuk, sehingga tujuan Allah swt menjadikan bulan Ramadhan untuk kita agar bisa menjadi hamba yang bertakwa (la'allakum tattaquun) bisa terlaksana. Sesungguhnya kita tiada daya dan upaya. Selamat menyambut bulan suci Ramadhan. Semoga bermanfaat.
Aamiin Ya Robbal'alamiin.
Allahu'alam bisshowab...
Barokallahufikum.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment